“Peluncuran MyNilam merupakan peluang yang mengubah dinamika pembangunan pertanian bagi petani nilam,” kata Djauhari Sitorus.
“Kami berharap melalui proyek Promise II Impact, manfaat dari inovasi digital seperti penggunaan ERP juga dapat direplikasi dalam ekosistem nilam di lokasi lain yang memiliki tujuan yang sama dengan kami,” lanjutnya.
Prof. Dr. Ir. Marwan, rektor Universitas Syiah Kuala menambahkan, “Dengan MyNilam, kami tidak hanya menyediakan teknologi, kami membekali petani dengan sumber daya untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Ini tentang menciptakan komunitas pertanian yang berkembang yang dapat bersaing di pasar global.”
Pada kesempatan itu turut merayakan ekspor minyak nilam pertama Aceh dari Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) naungan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK), yang memamerkan hasil nyata dari kolaborasi dan inovasi di wilayah tersebut.
Berdasarkan data terbaru, secara historis, hanya 0,01 persen dari kredit Aceh yang dialokasikan untuk sektor Nilam, yang menyoroti perlunya ekosistem keuangan yang lebih mendukung petani.
Selain itu, acara ini merayakan ekspor minyak nilam pertama Aceh dari Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK), yang memamerkan hasil nyata dari kolaborasi dan inovasi di wilayah tersebut. Secara historis, hanya 0,01 persen dari kredit Aceh yang dialokasikan untuk sektor Nilam, yang menyoroti perlunya ekosistem keuangan yang lebih mendukung petani.
“Kolaborasi OJK dan ILO di desa EKI sangat memajukan sektor nilam karena dirancang untuk membuka potensi penuh daerah pedesaan—alam, budaya, sosial, dan keuangan—dengan memperluas akses ke perbankan, asuransi, dan pasar modal,” kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Dr. Erdiriyo, Asisten Deputi Bidang Inklusi Keuangan & Keuangan Islam dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan Strategi Nasional Inklusi Keuangan Indonesia, yang memberdayakan petani lokal dengan sumber daya dan pelatihan penting untuk meningkatkan produktivitas dan mengintegrasikan masyarakat pedesaan ke dalam ekosistem keuangan nasional.
Proyek ILO Promise II Impact yang kini memasuki fase kedua didukung oleh Pemerintah Konfederasi Swiss melalui Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO) bertujuan untuk mengatasi tantangan ini secara langsung. Proyek ini berfokus pada peningkatan kapasitas penyedia layanan keuangan dan mempromosikan inklusi keuangan. Saat ini, 200 petani di Atsiri Research Center telah memperoleh manfaat dari pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan, dengan 20 persen peserta adalah perempuan.
“Kolaborasi antara Swiss dan Indonesia ini merupakan contoh nyata bagaimana inklusi keuangan dan transformasi digital dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Saya sangat senang dengan komitmen seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam rantai nilai nilam ini, dan saya yakin hal ini dapat menjadi model bagi sektor lain dan dapat ditiru di masa depan,” kata Olivier Zehnder, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN.
ILO, bermitra dengan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Pemerintah Provinsi Aceh di bawah Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), membayangkan masa depan di mana sektor minyak nilam berfungsi sebagai model untuk pertanian berkelanjutan dan inklusi keuangan yang akan memberi manfaat bagi ribuan petani kecil, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dan mendorong ketahanan di sektor pertanian.**
Discussion about this post