“Ini tergantung momen-momen tertentu. Misalnya dalam momen Capgomeh atau menjelang Hari Jadi Kota Pontianak, order dan penjualan pakaian selalu banyak,” jelas Diah.
Untuk mengerjakan pesanan yang melimpah itu, Diah menggunakan sistem kemitraan, karena dia memang tidak memiliki pegawai tetap. Tugas Diah adalah merancang dan memotong bahan kain-kain pesanan. Selanjutnya untuk tugas menjahit diselesaikan oleh para mitra.
Rancangan Diah tak hanya dikenal di daerah saja, namun juga sudah tersebar secara nasional, lantaran Diah juga sering mendesain berbagai gaun untuk kepentingan kompetisi secara nasional, mewakili Pontianak, Kalimantan Barat.

Keberhasilan Diah Modiste juga tak terlepas dari aktifnya dia di berbagai komunitas. Diah sendiri masuk dalam kepengurusan Taylor Indonesia, komunitas yang mewadahi para penjahit. Selain itu, Diah juga aktif mengikuti berbagai even-even pameran serta fashion show, yang membuat produknya kian berkibar. Dan yang pasti, cuan terus mengalir.
Keberhasilan Diah ternyata tidak menyurutkan keinginannya untuk membuka lembaga kursus dan pelatihan (LKP). “Saya ingin anak-anak muda punya keterampilan, jadi bisa membuka lapangan pekerjaan,” tutur Diah.
Dan, yang terpenting lagi, tentu saja Diah akan membesarkan brandnya. Untuk itu dia butuh tambahan modal kembali. “Saya memang berencana ingin mengajukan KUR di Bank Kalbar, dengan pinjaman modal usaha yang lebih besar dari KUM, agar bisnis ini semakin berkembang. Karena pinjaman seperti ini, sangat membantu semakin meningkatkan kualitas,” ucapnya.
Diah berpendapat, bahwa bisnis fesyen cukup menjanjikan asal dilakoni dengan serius dan rajin ikut even pameran atau pertunjukan busana, yang akan membuat produk rancangan semakin dikenal.
Diah yang seorang pengajar, tidak saja mampu menjahit berbagai rancangan busana dari tangannya sendiri, namun dia juga telah berhasil menjahit masa depannya, melalui brand yang diciptakannya: Diahsari Modiste & Craft. **
Discussion about this post