Pj Gubernur Kalbar, Harisson berkata, kalau dulu titik berat kegiatan pertanian lebih ke sektor hilir, sekarang fokus di sektor hulu. “Saat ini baru tersedia 31 ribu hektar yang bisa dioptimasi, sisanya akan digarap lagi pada tahun ke dua,” ucap Harisson.
Nur Asyura Anggini Sari, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalimantan Barat menegaskan, bahwa dalam upaya menjaga produk pangan, BI selalu dalam 4 K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Produksi dan Komunikasi Efektif.
“BI dalam kaitan gerakan nasional pengendalian pangan akan mendorong terlaksananya rencana optimasi lahan rawa menjadi sawah,” kata Anggini.
Menurut Anggini, optimasi lahan dalam upaya ketersediaan pasokan sudah selalu didiskusikan bersama pemerintah provinsi, terutama dalam mempersiapkan sisi hulu dan ikut bersinergi dalam membantu implementasi pelaksanannya. Di antaranya dengan melakukan pendampingan serta pemberian bantuan-bantuan.
“Jadi sebenarnya ini sudah dari waktu ke waktu, kita koordinasikan dengan pemerintah provinsi untuk mempersiapkan sisi hulu, dalam upaya genjot produksi pangan. Masalah ini juga menjadi PR bagi kami, dan terus mencari solusi dalam setiap pertemuan-pertemuan. Kesimpulannya memang dari sisi hilu harus dikuatkan,” ujar Anggini.
Sementara dari sisi hilir juga tetap dengan program GPM (Gerakan Pangan Murah) untuk menekan inflasi dan menjaga pasokan pangan, juga dalam kerangka kelangkaan distribusi dan komunikasi yang efektif.
Kalau selama ini kegiatan GPM kerap berpindah-pindah lokasi, ke depan akan ada satu tempat yang stay yang dikelola oleh BUMD khusus menjual pangan murah. Nama tokonya adalah Toko Kite. “Sebenarnya ini sudah ada di pasar Flamboyan Pontianak dan menjadi penyeimbang harga. Hanya masih belum banyak diketahui masyarakat. Ibaratnya masih tidur,” ucap Anggini.
BI memang berkomitmen, jika terjadi gerakan harga barang naik, maka BI akan turun setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pemprov, untuk melaksanakan gerakan pangan murah.
“Ini yang dari hilir, dan akan tetap dilakukan. Karena dari sisi hilir, operasi pasar pangan murah yang dilakukan hanya mengobati sistemnya saja. Bukan berarti sisi hulu digarap, kemudian hilirnya diabaikan. Semua harus paralel,” tegas Anggini. **
Discussion about this post