Dia menilai, kegiatan Saprahan ini, akan mendorong pengendalian pangan serta meningkatkan pariwisata serta pengembangan UMKM. Program ini merupakan salah satu bentuk nyata dari Bank Indonesia dalam upaya mendorong akselerasi transformasi digital, sebagai wujud dari pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Ini dapat menjadi pilihan cara untuk memastikan tercapainya sejumlah target dari upaya transformasi digital di tahun 2024, dengan kontribusi tambahan terhadap pertumbuhan PDB sebesar 1 persen per tahun, hingga pembukaan 2,5 juta lapangan kerja.
Doni menyampaikan, UMKM terus didorong untuk menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standar) agar bisa naik kelas. Sejak dirilis, QRIS memang disiapkan bagi UMKM, lantaran lebih memudahkan saat ada konsumen yang ingin melakukan transaksi serta membantu penyusunan credit scoring UMKM di perbankan.
“Pembayaran digital melalui QRIS merupakan salah satu bentuk dukungan BI terhadap program 30 juta UMKM Go Digital,” kata Doni.
BI mencatat, saat ini telah ada 36 juta user QRIS dan 26 juta merchant secara nasional. Sementara di Kalimantan Barat, telah terdata 264 merchant dan lebih 483 ribu user QRIS. Transaksi pembayaran melalui QRIS juga sudah menjangkau hingga Malaysia, setelah sebelumnya telah diberlakukan di Thailand.
Di akhir sambutannya, Doni berharap kegiatan Saprahan Khatulistiwa akan menjadi akselerator Kalimantan Barat memperkuat sinergi dalam upaya mendorong UMKM tangguh secara lebih luas, dengan program-program yang terintegrasi di tengah gejolak perekonomian global yang masih terjadi.
Gubernur Kalbar H. Sutarmidji pada kesempatan yang sama berharap, agar kegiatan Saprahan Khatulistiwa ini terus dikembangkan dan jangan berhenti. “Terima kasih kepada Bank Indonesia dan stakeholder yang sudah ikut mengangkat produk-produk UMKM, kemudian meningkatkan sumber daya manusianya serta akses-akses permodalan dan lainnya,” tutur Gubernur Midji.
Pak Gub juga menyatakan dukungannya terhadap dua produk unggulan dalam Saprahan Khatulistiwa 2023, yakni tenun Sambas dan Kopi Liberica. Kopi Liberica menurut dia, memiliki cafein yang rendah, hanya 0,087 persen. Beberapa daerah seperti Kayong Utara dan Kabupaten Sambas juga sudah memproduksi kopi Liberica, yang pasarnya masih terbentang luas secara global.
Begitu pula untuk kuliner. Gubernur Midji mengungkapkan, bahwa salah satu kuliner dari Kota Singkawang, yaitu stik keladi bahkan telah menjadi cemilan resmi dari G20.
“Ini akan terus kita kembangkan. Karena dalam Saprahan Khatulistiwa 2023, ada momentum percepatan sistem pemerintahan berbasis elektronik, yang akan bisa melahirkan efisiensi percepatan bagi kemajuan ekonomi daerah,” katanya. **
Pewarta/Editor: Yuli.S
Discussion about this post