PLN juga menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi di 33 negara untuk pemberdayaan pegawai perempuan, termasuk Asian Development Bank (ADB), United States Agency for International Development (USAID), The Global Power System Transformation Consortium (G-PST), dan National Renewable Energy Laboratory (NREL).
“PLN memiliki program beasiswa bagi karyawan untuk melanjutkan pendidikan tinggi atau memperoleh keterampilan khusus melalui kursus singkat yang senantiasa diperhatikan porsi kepesertaannya secara gender. Jadi itu bagus untuk kita, tetapi kita masih perlu untuk berbuat lebih banyak terkait inclusive energy transition,” tutur Sinthya.
Lewat Srikandi PLN, perusahaan memfasilitasi penguatan kapasitas perempuan untuk bisa menjadi pemimpin. Bahkan, tak sedikit perempuan di PLN memegang peran penting dalam pembuat kebijakan, dan pencetus inovasi, khususnya di dalam agenda transisi energi.
Sebagai bagian dari gerakan global memerangi perubahan iklim, Srikandi PLN senantiasa mendorong kolaborasi yang inklusif untuk mewujudkan ekosistem energi yang berkeadilan.
Sinthya menambahkan transisi energi yang dijalankan PLN tidak hanya bertujuan untuk menyediakan energi yang berkelanjutan, tetapi juga berkeadilan. Dalam hal ini perseroan memberikan perhatian khusus pada inklusivitas, yang meliputi aspek gender.
“Isu gender telah menjadi perhatian dan target PLN secara internal, dimana kami telah memiliki kebijakan dan kerangka kerja yang jelas. Isu kesetaraan ini sesuai dengan Environmental Social and Governance (ESG) yang menjadi prinsip dasar perusahaan,” pungkas Sinthya. **
Discussion about this post