Manager Lembaga Gemawan, Mohammad Reza, salah seorang pemateri dalam seminar ini, mengajak kaum muda untuk peduli terhadap alam dengan melakukan aksi kolaborasi dan melakukan kampanye aksi jaga pesisir. “Potensi sumber daya alam kita luar biasa. Kalbar punya kandelia candel terbesar, yang merupakan salah satu jenis mangrove langka di Indonesia. Ini harus kita jaga dan banggakan,” ucap Reza.
Dia mengajak kaum muda untuk peduli dengan melakukan kampanye menjaga alam. Seperti melakukan gerakan digital, bicara soal mangrove untuk memancing kaum muda lainnya dan membuatnya viral.
“Bikinlah sebuah konten yang populer tentang mangrove, yang dilihat oleh banyak orang dan di share berkali-kali. Buatlah konten yang baik tentang alam, bukan tentang pergaulan artis, karena tidak menyebar kebaikan,”cetus Reza.
Dia bilang, dunia tak perlu tahu pergaulan artis, tapi dunia perlu tahu bahwa kaum muda berkontribusi untuk alam. Untuk itulah Gemawan mendedikasikan dirinya sebagai gerakan, kolaborasi untuk impact yang lebih besar.
Reza memaparkan, hampir setiap pesisir pulau di Indonesia memiliki hamparan mangrove. Tumbuhan ini berperan signifikan sebagai sistem penyangga pantai dari abrasi dan ancaman kenaikan permukaan air laut.
Kalimantan Barat memiliki ekosistem mangrove seluas hampir 200 ribu hektar dan garis pantai mangrove sekira 2.000-an km, dari keseluruhan panjang garis pantai Kalimantan Barat yang mencapai 2.453,5 km dan wilayah perairan seluas 3.320.557,44 hektar. Karena itulah keberadaan ekosistem ini, menambah aspek strategis kawasan pesisir bagi Kalimantan Barat.
“Ini yang menjadi kebanggaan kita dan wajib kita kampanyekan, demi kelangsungan kehidupan di atas bumi. Di sinilah peran anak-anak muda dengan dunia digitalnya. Manfaatkan media sosial untuk kebaikan kita semua,” imbuh Reza.
Mangrove sendiri menjadi benteng pertahanan terhadap abrasi pantai. Namun menurut Cifor (2012), luas hutan mangrove di Indonesia telah mengalami penurunan 30-50 persen pada setengah abad terakhir ini, karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak, abrasi air laut, dan penebangan yang berlebihan.
Data Kementerian Kehutanan (2013) menyebut, hutan mangrove di Indonesia tersebar di beberapa provinsi di berbagai gugusan kepulauan. Luasan hutan mangrove di Indonesia lebih kurang 3,7 juta hektar yang merupakan hutan mangrove terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia. Lebih dari 1,6 juta di antaranya berada di tanah Papua dan kepulauan Maluku.
Kemampuan ekosistem mangrove untuk memberikan jasa lingkungan, terutama dalam pencapaian target SDGs, tidak lepas dari peran serta manusia dari berbagai pihak, dalam mengelola maupun merestorasi ekosistem mangrove.

Salah satu yang berperan penting dalam upaya tersebut, adalah para aktor non negara, termasuk orang muda yang akan mendiami bumi di masa yang akan datang. Kaum muda harus memiliki kesadaran untuk berpartisipasi aktif dalam melestarikan ekosistem laut dan ekosistem lain, yang hidup di dalamnya.
Yolanda Erina Parede, Koordinator Nasional Penjaga Laut berkolaborasi bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Sylva Indonesia PC. UNTAN menggelar kegiatan seminar ini, dengan tujuan memberikan pemahaman secara mendalam mengenai peran mangrove, dalam mendukung misi pemerintah menekan emisi.
Yola mengajak mahasiswa atau publik agar bersuara mendukung gerakan jaga laut di Indonesia, melalui berbagai kegiatan Penjaga Laut maupun melalui sosial media.
Dia melihat, mangrove sebagai salah satu cara memitigasi dampak dari krisis iklim. Ini juga menjadi bentuk komitmen Penjaga Laut, guna mendukung misi pemerintah Indonesia mewujudkan FOLU Net Sink 2030, yang menggunakan empat strategi utama, yaitu menghindari deforestasi, konservasi dan pengelolaan hutan lestari, perlindungan dan restorasi lahan gambut serta peningkatan serapan karbon.
Yola menilai, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat menjadi lokasi yang strategis untuk menyebarkan semangat perubahan kepada lebih banyak lagi anak muda, guna memperdalam pengetahuan serta mendorong partisipasi aktif.
Ini menjadi acuan bagi seluruh mahasiswa, agar dapat meningkatkan kesadaran menjaga keseimbangan lingkungan dan menjadi respon positif, untuk turut berkontribusi dalam upaya penegakan krisis iklim di Tanah Air dan mendukung FOLU Net Sink 2030.**
Pewarta/Editor: Yuli.S
Discussion about this post