Guna meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia, Presiden Joko Widodo telah mengambil kebijakan menghentikan keran ekspor sejumlah komoditas dalam bentuk mentah, salah satunya bauksit. Beberapa jenis komoditas harus diolah di dalam negeri, dan hanya boleh diekspor dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi.
“Selain untuk meningkatkan nilai tambah, pengolahan komoditas di dalam negeri juga diharapkan mampu meningkatkan sektor industri nasional serta menambah serapan tenaga kerja lokal. Larangan itu tentu akan berdampak pada ekonomi, namun sifatnya hanya sementara. Karena ini akan membuat para investor mau membangun pabrik pengolahan, dan inilah yang diharapkan pemerintah,” jelasnya.
Guru Besar Universitas Tanjungpura ini berkata, saat ini, masyarakat Kalbar memang tengah menikmati harga komoditas kelapa sawit dan bauksit yang tinggi. Namun pertumbuhan sektor primer berbasis pertambangan dan perkebunan diragukan keberkelanjutannya.
“Harga komoditias dunia sangat fluktuatif, dan sebagian besar diproyeksikan akan jatuh di tahun 2025-2030. Tidak banyak pilihan bagi pemerintah daerah. Salah satunya dengan meningkatkan efisiensi, produktivitas dan nilai tambah untuk memfasilitasi transformasi struktural melalui reindustrialisasi,” imbuh Eddy Suratman. **
Discussion about this post