Di sisi lain, sektor bisnis non-sumber daya alam juga kian leluas pasca pandemi ini. Dia memandang, perlu pemanfaatan lebih bandar udara dan pintu-pintu perbatasan Kalbar – Sarawak untuk mendongkrak pariwisata dan perdagangan.
”Mobilitas masyarakat sudah persisten. Akan terjadi peningkatan kegiatan MICE pada sektor akomodasi, makanan, dan minuman dengan maraknya penyelenggaraan kegiatan massal,” tuturnya.
Kendati demikian, ekonomi Kalbar bukannya tanpa tantangan di tahun ini. Terutama dengan adanya curah hujan tinggi berkelanjutan, dan cuaca ekstrem. Sementara itu, harga pupuk di level tinggi, dan tantangan distribusi pupuk bersubsidi pada tahun 2022. Risiko minim pemupukan terhadap produktivitas ke depan, khususnya petani swadaya.
Belum lagi kendala realisasi investasi proyek smelter alumina dan harga CPO yang tertahan, dan berisiko melemah di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Adapula perubahan pola konsumsi barang prioritas masyarakat di tengah tekanan inflasi.
“Hal ini membuat penurunan ekspektasi masyarakat, dan pelaku usaha pada perbaikan perekonomian,” imbuh Anggini. **
Discussion about this post