Bayangkan saja, dari 10 juta investor yang tercatat di pasar modal, hanya 184 ribu dari Kalbar. Sementara kapitalisasi pasar Rp 9.600 triliun, itu nyaris di angka Rp 10 ribu triliun.
“Jika jumlah investor meningkat, misalkan menjadi 20 juta investor, maka itu pasti akan berdampak besar bagi perekonomian kita. Apalagi dari tingkat kepemilikan portofolio investor domestik sudah mendominasi,” katanya.
Terkait masalah hilirisasi industri, menurut Taufan, maka konsep hilirisasi itu adalah padat modal. Karena tidak mungkin berbicara hilirisasi, jika modal terbatas. Lalu jika hanya mengandalkan APBN, maka pertumbuhan daerah akan lambat. Agar cepat, caranya adalah dengan masuk ke Pasar Modal.
“Di Kalbar ada Bank Kalbar yang memiliki torehan prestasi di nasional. Jika Bank Kalbar bisa go public seperti Bank Jabar, maka ini sangat baik sekali. Bank Kalbar pun akan punya pendanaan untuk ikut membiaya pembangunan infrastruktur di daerah,” ujarnya.
Taufan menekankan tidak hanya perusahaan besar, bahkan UMKM seperti Warkop yang sudah punya nama pun bisa go public. “Di Manado itu ada perusahaan travel yang juga sudah go public,” ucapnya.
Untuk Kalbar, Taufan berkata, akan ada satu perusahaan di Singkawang, Kalimantan Barat yang berencana go public atau Indonesia Public Offering (IPO).
“Insya Allah, bulan September mendatang akan ada satu perusahaan dari Singkawang akan IPO. Perusahaan ini milik anak muda yang menjalankan usaha dengan kreatif dan omsetnya lebih dari Rp 2 triliun,” ungkap Taufan Febiola. **
Discussion about this post