Komoditi bukan makanan yang turut andil menyumbang garis kemiskinan di perkotaan Provinsi Kalimantan Barat, adalah perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi, pendidikan, perawatan kulit, muka, kuku, rambut dan pakaian jadi perempuan dewasa.
Sedangkan di daerah perdesaan penyumbang kemiskinan dari komoditi bukan makanan ini, juga disumbang oleh perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi, pendidikan, sabun cuci dan kesehatan.
Sementara komoditi makanan penyumbang garis kemiskinan di perkotaan, antara lain beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras dan mie instan. Di perdesaan juga disumbang oleh komoditi makanan beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, teluar ayam ras dan gula pasir.
Sari Mariani, Ketua Tim Kesra dan Hansos BPS Kalbar saat rilis BRS (Berita Resmi Statistik), Senin 16 Januari 2023 di Pontianak menjelaskan, bahwa garis kemiskinan dinilai berdasarkan minimum pengeluaran kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi. Sedangkan penduduk miskin dihitung rerata pengeluarannya per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama Maret 2022–September2022, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,96 persen, yaitu dari Rp 520.660, perkapita per bulan pada bulan Maret 2022, menjadi Rp 551.667 per kapita per bulan pada September2022.
Menurut Sari, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada September 2022, komoditi makanan menyumbang sebesar 76,34 persen pada garis kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat periode September dan Maret 2022 naik 6,3 ribu orang, menjadi 356,51 ribu orang. Bila dibandingkan lagi dengan September 2021, kenaikan jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 2,5 ribu orang.
Namun jika dilihat pada periode September 2011 hingga September 2022 angka kemiskinan ini menurun, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Dalam kurun sebelas tahun itu, terjadi penurunan dari 382,27 ribu orang di September 2011 menjadi 356,51 ribu orang pada September 2022, dengan persentase dari 8,48 persen menjadi 6,81 persen.
“Jika dipersentasekan penduduk miskin pada September 2022 sebesar 6,81 persen, naik 0,08 persen poin terhadap Maret 2022 dan menurun 0,03 persen poin terhadap September 2021,” jelas Sari Mariani.
Dia merinci klasifikasi daerah tempat tinggal penduduk miskin periode September 2021 – September 2022, di perkotaan penduduk miskinnya naik 0,77 ribu orang dari 89,04 ribu orang pada September 2021 menjadi 89,81 ribu orang pada September 2022. Begitu pula orang miskin di perdesaan juga meningkat 1,73 ribu orang dari 264,96 ribu orang menjadi 266,69 ribu orang.
Sementara pada Maret 2022 – September 2022 juga naik sebanyak 4,77 ribu orang dari 85,04 ribu menjadi 89,81 ribu orang. Penduduk miskin di perdesaan juga ikut naik sebanyak 1,48 ribu orang dari 265,21 ribu orang menjadi 266,69 ribu orang.
BPS mencatat, angka garis kemiskinan pada September 2022 sebesar Rp 551.667 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2022, terjadi kenaikan sebesar 5,96 persen dan dibandingkan September 2021 juga ada kenaikan sebesar 3,05 persen. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada September 2022, komoditi makanan menyumbang sebesar 76,34 persen pada garis kemiskinan.
Discussion about this post