“Habitat satu-satunya Arwana Super Red hanya ada di sini. Tidak ada di tempat lain,” kata Gunawan Budi Hartono, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah III Lanjak, Balai Besar Tana Bentarum.
Dia memaparkan, TN Danau Sentarum merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengetahuan, pendidikan kebudayaan, budidaya, pariwisata dan tentu saja rekreasi. Pesona alam yang dimilikinya, tidak kalah indah dengan taman nasional lain di Indonesia, lantaran Sentarum dikelilingi oleh deretan perbukitan.

Awalnya, kawasan TN Danau Sentarum adalah suaka margasatwa yang dikelola oleh Kantor Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. Tahun 1994 ditetapkan sebagai situs Ramsar atau Ramsar Listi of Wetlands of International Importance ke dua di Indonesia, karena Sentarum merupakan salah satu wakil dari daerah lahan basah, atau hamparan banjir yang disebut lebak lubung dan bermanfaat penting bagi keseimbangan bumi.
Tahun 1996, kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) berdasarkan SK Menhut No 34/KptsII/1999 dan ditetapkan melalui SK Menhut No 4815/Menhut-VII/KUH/2014.
TNDS termasuk ke dalam inisiasi Heart of Borneo (HoB) yang dideklarasikan pada 2007 dari tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mengelola kawasan hutan tropis dataran tinggi di Borneo, berdasarkan prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
Pada 25 Juli 2018 saat sidang ke 30 International Coordinating Council (ICC) Man and Biospher (MAB) Unesco di Palembang, TN Danau Sentarum dikukuhkan menjadi cagar biosfer, bersamaan dengan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dengan nama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu.
Topografi kawasan ini, mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit. S

ebagian berada di cekungan datar atau lebak lebuh dan daerah hamparan banjir yang dikelilingi perbukitan, di antaranya Lanjak di sebelah Utara, Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Kelingkang di sebelah Barat.
Bentuk topografinya, kawasan Danau Sentarum secara alami menjadi daerah tangkapan air yang berasal dari pegunungan di sekitarnya, serta air yang berasal dari luapan Sungai Kapuas.
Uniknya, kawasan Danau Sentarum merupakan reservoir yang berfungsi sebagai pengatur tata air yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu, dan menjadi penampung limpahan air dari Sungai Kapuas kemudian menyuplai air ke hilirnya.
“Makanya tidak akan ada banjir bandang, karena air ditampung di Danau Sentarum dan sisanya baru dilempar ke luar. Itu uniknya Sentarum,” tutur Gunawan.
Karenanya, jangan heran ketika terjadi kemarau ekstrim, Danau Sentarum sontak berubah menjadi daratan. Limpahan airnya ditumpahkan ke Sungai Kapuas. Nah, ketika itu, masyarakat atau pelaku wisata dari dalam maupun luar negeri bebas mengitari daratan Danau Sentarum, baik dengan kendaraan roda dua maupun mobil. Bahkan masyarakat yang berjalan kaki, bebas mencomot ikan-ikan yang berada di sela-sela cerukan danau yang mengering itu.
“Saya sendiri biasa langsung dengan mobil saya masuk ke sini,” cerita Gunawan.
Itu terjadi tiga tahun lalu, sekitar tahun 2019 saat musim kemarau ekstrim. Dia tidak bisa memprediksi kapan fenomena itu akan muncul kembali, lantaran tergantung siklus cuaca.
Keunikan lainnya adalah, saat musim tertentu, banyak rombongan burung dari berbagai jenis yang melakukan migran dari negara lain, seperti Australia ke kawasan TNDS ini. Biasanya ketika musim dingin, mereka menetap di kawasan Danau Sentarum hingga beranak pinak, setelah itu pergi lagi. **
Pewarta/Editor : YuliS
Discussion about this post