Komoditas penyumbang inflasi daerah ini, adalah kangkung, bawang merah, sawi hijau dan daging babi, yang disebabkan tingginya curah hujan sehingga petani sayuran mengalami gagal panen.
“Selain itu, virus babi Afrika yang sedang melanda Kalimantan Barat, juga mengakibatkan berkurangnya stok daging babi secara signifikan,” ucap Agus.
Di sisi lain, komoditas yang mengalami deflasi, ada!ah daging ayam ras, cabe rawit, ikan kernbung, bawang putih, dan ikan tongkol. Deflasi dari beberapa komoditas ini, merupakan dampak masa panen cabe rawit yang sedang berlangsung, dan tingginya produksi daging ayam ras.
Upaya pengendalian inflasi terus dilakukan o1eh TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) provinsi maupun kabupaten/kota, antara lain dengan memperbanyak pelaksanaan operasi pasar murah dan gelar pangan murah, baik di level konsumen maupun pedagang rentan.
Selain itu, meningkatkan pengawasan terhadap distribusi komoditas bersubsidi, koordinasi dengan satgas pangan, dan melakukan keria sama perdagangan antar daerah di intra Kalimantan Barat maupun dengan provinsi lain.
Dalam upaya memperkuat program pengendalian inflasi tersebut, pemerintah pusat telah memberikan arahan untuk menggunakan dana BTT (Belanja Tidak Terduga) sebesar 2 persen dari Dana Alokasi Urnum dan Dana Bagi Hasil untuk program pengendalian inflasi.
“Terlebih lagi, pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun ini, mendapat kan Dana Insentif Daerah (DID) sebagai reward atas kinerjanya yang baik dalam pengendalian inflasi di awal tahun 2022,” ucap Agus.
BI memperkirakan pada Desember ini permintaan pasar akan kebutuhan masyarakat akan meninggi, karena adanya perayaan Natal dan Tahun Baru, sehingga pergerakan inflasi juga akan turut terkerek sesuai historisnya, namun akan mereda atau kembali normal setelah usai Tahun Baru. **
Pewarta/Editor : Yuli.S
Discussion about this post