Pelayanan melalui PLN Mobile ini, ternyata sangat disukai masyarakat. Terbukti jumlah penggunanya kini sudah menyentuh angka 80 persen.
Sementara General Manager PLN UIKL Kalimantan, Abdul Salam Nganro mengungkapkan, di tengah upaya PLN menerangi rumah-rumah masyarakat, ternyata masih banyak juga masyarakat yang belum paham masalah kelistrikan, sehingga masih ada yang mengabaikan imbauan-imbauan PLN, di antaranya adalah tidak bermain layangan.
Menurut Abdul Salam, gangguan kelistrikan yang paling dominan adalah masalah layang-layang, terutama mereka yang bermain menggunakan tali layangan kawat, yang kerap nyangkut di jaringan kabel listrik PLN dan menimbulkan ledakan serta pemadaman listrik.
“Sekitar 70 persen gangguan listrik kita adalah tali layangan,” ucapnya di hadapan sejumlah jurnalis peserta media gathering yang digelar PLN Group selama dua hari, Kamis dan Jumat, 8 – 9 Desember 2022 di kota Singkawang.
Gangguan berikutnya selain masalah alam, yakni petir, juga keberadaan pohon-pohon dan papan reklame. Ini yang terus menerus disoalisasikan oleh PLN kepada masyarakat akan bahayanya listrik.
Dia mengungkapkan, kalau listrik itu bisa menyalur atau menghantar lewat udara terbuka, bahkan dalam jarak 20 senti saja sudah bisa nyetrum dan menimbulkan ledakan. Ini yang banyak tidak diketahui masyarakat, sehingga kerap mereka mendirikan antena atau tiang-tiang fiber optik, mendirikan bangunan dan lainnya.
Bahkan ada ditemui di beberapa tempat kabel SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) didorong begitu saja dengan kayu.
“Itu hebatnya. Mereka dengan enteng mendorong kabel SUTM dengan kayu. Kami saja, yang orang PLN tidak berani melakukannya. Karena ketidaktahuan itulah, mereka berani. Untungnya mereka selamat,” ucap Soffin Hadi. **
Pewarta/Editor : Yuli.S
Discussion about this post