“Tetap tumbuh namun melandai dibandingkan bulan sebelumnya. Perlambatan ini terutama berasal dari kredit di sektor industri pengolahan dan pertanian,” kata dia.
Sementara itu, DPK tumbuh sebesar 5,21 persen (yoy) dengan kondisi Loan to Deposit Ratio sebesar 85,11 persen. NPL juga bertahan di level 2 persen. Hal ini menandakan, stabilitas sistem keuangan khususnya perbankan berada pada level yang baik dan terjaga.
Sementara dari area sistem pembayaran tunai, jumlah uang keluar yang diedarkan BI untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada kuartal III-2022 tercatat sebesar Rp 1,98 triliun, sedangkan aliran uang masuk ke BI sebesar Rp 2,53 triliun, sehingga terjadi net inflow sebesar Rp 0,54 triliun.
Transaksi keuangan secara non tunai yang mencakup transaksi kliring (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami penurunan, baik secara nominal maupun volume. Nominal SKNBI mengalami kontraksi -12,72 persen (yoy) sedangkan nominal BI-RTGS mengalami kontraksi sebesar -32,29 persen (yoy). Perkembangan ini, dipengaruhi salah satunya dengan adanya alternatif sistem pembayaran yang lebih beragam, seperti BI-FAST.
Sementara dari sisi APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu), Nilai transaksi APMK kartu ATM/debet mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni sebesar 43,33 persen (yoy) demikian pula Nilai transaksi kartu kredit juga mengalami peningkatan sebesar 9,37 persen (yoy).
Digitalisasi sistem pembayaran menggunakan Quick Response code Indonesia Standard (QRIS), tercatat semakin meningkat, seiring dengan upaya perluasan elektronifikasi lingkungan pemerintah daerah maupun di masyarakat. Hingga saat ini, jumlah merchant QRIS di Kalbar sebanyak 217.895 merchant dengan dominasi oleh Usaha Mikro (UMI).
Upaya penguatan digitalisasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah, melalui High Level Meeting TP2DD dan Capacity Building di level pemerintah provinsi dan Kab/Kota di Kalimantan Barat. **
Pewarta/Editor : Yuli.S
Discussion about this post