Sementara Presiden Jokowi juga mengingatkan, bahwa ke depan, kondisi global masih tidak pasti dan sulit untuk diprediksi. “Pada tahun 2023 betul-betul kita harus hati-hati dan waspada tanpa mengurangi optimisme,” imbuh Jokowi.
Dalam menjaga ketahanan perekonomian Indonesia yang selama ini telah dicapai, sejalan dengan arahan Presiden RI, Gubernur Bank Indonesia menekankan sinergi dan inovasi sebagai kunci untuk menghadapi gejolak global. Optimisme terhadap pemulihan ekonomi perlu terus diperkuat, dengan tetap mewaspadai rambatan dari ketidakpastian global, termasuk risiko stagflasi (perlambatan ekonomi dan inflasi tinggi) dan bahkan resflasi (resesi ekonomi dan inflasi tinggi).
Hal ini mengingat risiko koreksi pertumbuhan ekonomi dunia dan berbagai negara dapat terjadi apabila tingginya fragmentasi politik dan ekonomi terus berlanjut, serta pengetatan kebijakan moneter memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu menurunkan inflasi di masing-masing negara.
Menurut BI, stabilitas eksternal akan tetap terjaga, transaksi berjalan diprakirakan berada pada kisaran surplus 0,4 persen hingga defisit 0,4 persen dari PDB pada 2023 dan surplus 0,2 sampai defisit 0,6 persen dari PDB pada 2024. sementara neraca modal dan finansial surplus, didukung PMA dan investasi portofolio. **
Editor : Yuli.S
Discussion about this post