“Eropa yang disebutkan 2022 masih 3,1 persen dengan terus-menerus terbentur oleh kenaikan harga yang tinggi, dan memaksa bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif, juga bahkan diperkirakan 2022 hingga 2023 kemungkinan terjadi resesi,” kata Sri Mulyani.
China juga dinilai sulit terhindar dari resesi. Apalagi pemerintahnya beberapa kali melakukan lockdown yang membuat ekonomi semakin merosot. “China yang sekarang sedang dalam pembahasan mengenai bagaimana kepemimpinan nasionalnya, sudah mengalami pelemahan dari perekonomian, baik karena lockdown maupun kondisi dunia serta sektor properti yang telah menimbulkan dampak luar biasa,” jelasnya.
Perekonomian China pada kuartal II 2022 memang hanya tumbuh 0,4 persen (year on year/yoy). Ini tercatat menjadi kinerja perekonomian terburuk dalam dua tahun terakhir, dan pada kuartal III-2022, diperkirakan masih akan tetap rendah.
“Angka kuartal III belum keluar, namun diperkirakan akan cukup tajam melemah,” kata Menkeu Sri Mulyani. **
Discussion about this post