KEPALA Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar, Agus Chusaini mengakui bahwa sejak di awal tahun 2022 tidak ada lagi dijumpai deflasi. Baru pada Agustus inflasi berubah menjadi deflasi. Namun berikutnya, terjadi kenaikan harga BBM yang bakal memantik inflasi. Ini membuat pemerintah bergerak cepat mengatur siasat, agar inflasi bisa terus ditekan. Dari pusat hingga daerah bersinergi menggelar program untuk menjinakkan inflasi.
Kenaikan harga barang dan jasa yang memantik inflasi terus terjadi, walaupun di dua bulan terakhir terjadi penurunan, dari 0,09 persen pada bulan Juni dan 0,12 persen pada Juli, pergerakan ini dinilai relatif oke, meskipun inflasinya masih tetap naik.
“Kita tetap melakukan upaya-upaya bersama pemerintah melalui TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) bareng-bareng untuk menurunkan inflasi, seperti mengadakan pasar murah di hampir setiap kecamatan provinsi ini,” tutur Agus Chusaini, ketika menggelar media briefing Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, 15 September di kantor BI Pontianak.
Selain menggelar pasar murah, upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan penanaman tanaman hortikultura dan mendorong gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
“Ada gerakan nasional pengendalian inflasi pangan untuk tanaman pangan, kita dorong untuk melakukan penanaman ulang agar persediaan tanaman pangan kita cukup. Insya Allah, ke depan Harapannya akan terjadi penurunan inflasi,” tutur Agus Chusaini.
Menurut Agus, terjadinya inflasi yang terus menerus, merupakan chalenge atau tantangan. Karena Covid-19 belum reda, masih ada sakitnya. Dia mengibaratkan, kalau orang belum sembuh disuruh lari, maka akan sakit lagi.
Masalah ke dua, adalah adanya perang yang menyebabkan harga pangan dan energi naik dan memberi tekanan pada inflasi. Tapi, dia yakin, dengan penanganan bersama, baik di TPID maupun pusat, maka laju inflasi akan bisa ditangani, syukur bisa lebih turun dan ada deflasi.
“Harapannya di bulan Agustus ini atau September moga-moga ada terjadi deflasi, karena kan ada panen raya, baik cabe. Tanaman horti ini panennya mulai baik, semoga cuaca juga tidak berubah mendadak, sehingga cabe kita masih baik, kemudian pangan juga semakin baik,” imbuhnya.
Harapan Agus terwujud, setelah BPS mengumumkan pergerakan IHK (Indeks Harga Konsumen) Kamis, 1 September 2022. Deflasi akhirnya terjadi di Kalimantan Barat pada bulan Agustus 2022 sebesar 0,07 persen. Ini merupakan gabungan tiga kota IHK, yakni Singkawang dan Sintang masing-masing sebesar 0,55 persen dan 0,96 persen, sementara Pontianak masih mengalami inflasi sebesar 0,16 persen. Sedangkan IHK tercatat sebesar 111,92.
“Kita sempat gembira ketika harapan kita terjadi deflasi terbukti di bulan Agustus lalu. Harapannya akan deflasi lagi, tapi ada kenaikan BBM, yang akan memantik inflasi, sehingga kita musti antisipasi agar inflasinya tidak tinggi dan diusahakan angka inflasi tidaklah terlalu tinggi,” tutur Agus Chusaini.
Menurut Agus, yang paling utama adalah volatile food nasional yang sudah mencapai angka 11 persen, Kalbar juga sudah di atas 6 persen, yang lain, seperti administered price (harga yang diatur oleh pemerintah) juga terjadi peningkatan. BBM nonsubsidi juga naik, gas naik, listrik naik, ini akan mendorong inflasi juga.
“Alhamdulillah pemerintah masih punya kemampuan untuk melakukan subsidi yang sangat besar sampai 500 triliun, itu juga membantu menekan inflasi,” kata Agus.
Sebagai bagian dari TPIP, BI bersama pemerintah pusat dan daerah sudah bergerak cepat untuk mengatasi peningkatan inflasi melalui inisiasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada pertengahan Agustus 2022 lalu.
Discussion about this post