“Ke dua, adalah outmoded defences atau sistem pertahanan yang sudah ketinggalan zaman,” jelasnya dalam pernyataan pers, Kamis.
Menurutnya, selama ini banyak orang yang berfokus pada menangkal serangan malware saja, padahal penyerang terus berevolusi. Mereka sekarang menggunakan teknik tanpa file yang dengan mudah melewati antivirus dan bisa terlihat seperti user yang sah untuk mencuri kredensial.
“Jadi perusahaan yang hanya memiliki strategi yang berfokus pada malware saja, bisa melewatkan model ancaman lainnya,” katanya.
Laporan Crowdstrike Global Threat Report 2020 menyebut, lanskap ancaman yang kini dihadapi oleh bisnis sekira 49 persen adalah malware dan 51 persen lainnya non-malware berupa hacktivist, kejahatan siber, kriminal yang terorganisir, serangan internal, penyalahgunaan privileged account, hingga kejahatan yang sulit dicegah karena dilindungi dan dikoordinasi oleh negara. **
Editor Yuli.S
Discussion about this post