Untuk membangun ponpes ini, Kolik bilang, banyak mendapat bantuan dari para donatur, di antaranya adalah Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat.
Dalam perjalanannya, Darul Fikri kemudian berkembang menjadi area wisata, lantaran banyaknya kunjungan dari masyarakat, yang melakukan kegiatan keagamaan.
Kemudian masuk lagi sang pakar tanaman, Anton Kamaruddin yang menawarkan ide menanam anggur dan ternyata berhasil, bahkan sudah panen tiga kali dari awal penanamannya tahun 2021 lalu.

“Saya lantas kepikiran untuk membuat wisata religi ini. Pinginnya, menghadirkan suasana surga di bumi. Ada kapal Nabi Nuh, ada satwanya, ada aliran sungai, bunga-bunga hingga buah anggur yang identik dengan tanaman surga,” kata Kolik.
Sisa luas lahan yang tersedia, bakal dikembangkan lagi, terutama untuk tanaman anggur serta melengkapi fasilitas wisata lainnya.
“Lahan ini, dulunya genangan lumpur, ada juga hamparan sawah masyarakat di sekitarnya. Kemudian dari tanah lumpur itu, kita olah sedemikian rupa hingga bisa ditanami,” cerita Anton.
Anton dan Kolik didukung oleh Bank Indonesia, punya keinginan yang sama, yaitu mengembangkan tanaman anggur atau menganggurkan masyarakat, hingga buah anggur yang harganya mahal itu bisa dijual ke luar bahkan diekspor dari Kalimantan Barat.
Wisata Religi Darul Fikri kini tak pernah sepi kunjungan. Ditarif masuk sebesar Rp 5000 per orang, destinasi wisata ini buka 24 jam, ada resort yang disediakan bagi pelancong yang ingin berlama-lama dan nginap.
Setiap hari, ratusan pengunjung mampir ke sini, terlebih ketika panen buah anggur, semakin banyak kunjungan yang ingin membeli sekaligus berpoto-poto.
Melihat antusias masyarakat, Kolik berencana mengembangkan lagi area wisatanya. Masih ada lahan tersisa satu hektar. Rencananya, selain menambah luas tanaman anggur, Kolik juga ingin menghadirkan supermarket mini untuk jualan buah anggur.
Keberhasilan Kolik dengan ponpes dan wisata religi Darul Fikri membuat seorang dermawan menghibahkan lahannya di daerah Singkawang, luasnya dua hektar.
“Itu ada lahan yang diberikan ke saya untuk dikelola sebagai wisata religi juga seluas dua hektar di Singkawang,” tutur Kolik.
Dia berencana menghadirkan wisata religi di Singkawang, sekaligus membantu mengisi rohani masyarakat atau anak-anak muda agar tidak terjerat masalah, terutama menyangkut penyalahgunaan narkotika.
Sang Ustad yang asli Jepara sudah sembilan tahun menetap di daerah ini. Istrinya berasal dari daerah Punggur, Kabupaten Kubu Raya dan telah memberinya dua orang anak. **
Penulis.Yuli.S
Discussion about this post