BANYAK destinasi wisata yang tersebar di bumi Khatulistiwa, Kalimantan Barat, namun tak banyak yang fokus pada wisata religi. Sebagian besar lokasi wisata menyuguhkan hiburan, keindahan, kesenangan mata dan lidah serta kenyamanan pengunjungnya.
Namun, wisata religi rada berbeda, lantaran ada keindahan spiritual di dalamnya. Salah satu wisata religi ini ada di Kabupaten Kubu Raya, namanya Wisata Religi Darul Fikri.
Berada di lokasi Jalan Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Dirintis dan dikelola langsung oleh Ustad Nur Kolik, SH sejak tahun 2020. Tak ada pemandangan pantai berikut ombaknya di sini, yang ada hanyalah hamparan alam dengan sawahnya, asri dan menyejukkan.
Di lahan seluas satu hektar ini, Kolik menyulapnya menjadi area wisata yang di dalamnya ada mini zoo alias kebun binatang kecil yang hanya dihuni beberapa hewan saja, seperti kelinci, ayam, monyet serta ular.
Ada juga taman bunga, tempat pemancingan umum serta fasilitas kegiatan keagamaan. Di salah satu sudut aliran sungai ada sebuah perahu besar dengan tulisan Kapal Nuh.
Selain restoran lesehan dengan aneka menu tradisional, para wisatawan juga bisa menginap, karena ada restort berupa rumah pondok-pondok. Di pusat wisata berdiri bangunan masjid yang lumayan besar, tempat para santri mengasah spritualnya.
Awalnya, Darul Fikri memang merupakan lembaga pendidikan Islam khusus bagi masyarakat tak mampu. Ada puluhan anak-anak usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang belajar pendidikan Islam di sini secara gratisan, mereka datang dari berbagai daerah.
Ada yang menarik dari destinasi ini. Tak sekadar berwisata, menikmati makanan dan mengasah rohani, magnet destinasi Wisata Darul Fikri, salah satunya dan yang utama adalah buah anggur.
Bekerjasama dengan Kepala Balai Benih Induk Hortikultura Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat, Anton Kamarudin yang memang ahlinya tanaman. Sepetak lahan ukuran 12 kali 12 meter persegi dibangun sebuah demplot sedemikian rupa, untuk ditanami buah anggur berbagai jenis.
Tak kurang dari 30 batang tanaman angguran dari berbagai varian, di antaranya dari Rusia, Ukraina, Amerika dan Jepang. Ditanam dalam kantong-kantong tanaman ukuran besar, batangnya pun tumbuh merambat ke tiang-tiang yang disediakan.
Tak butuh waktu lama, hanya satu tahun saja, buah-buah anggur berbagai warna menjuntai dari atap bangunan demplot.
Begitu indah dan memesona, buah anggur dari warna khasnya ungu kehitaman, kuning kemerahan hingga hijau segar sangat mengundang pengunjung, yang bisa memetik dan menikmati rasa buahnya serta berpoto selfi di tengah taman anggur.
Sungguh mencengangkan, buah anggur yang hidupnya di iklim dingin, ternyata bisa dikembangkan dalam cuaca tropis Kalimantan Barat, yang dikenal sebagai daerah panas, lantaran dilewati garis Khatulistiwa.
Bahkan, kata Anton Kamaruddin, tanaman anggur ini bisa berbuah tiga kali dalam satu tahun, sementara di daerah asalnya sendiri hanya sekali berbuah dalam setahun.
Tentu saja ini menggembirakan Kolik sebagai pemilik wisata, yang tak menyangka lahan pesantrennya bisa berubah menjadi destinasi wisata yang selalu ramai kunjungan.
“Iya, awalnya kan kita dihibahkan lahan seluas dua hektar untuk membangun pondok pesantren. Itu tahun 2012. Nah, yang kita bangun ini baru satu hektar untuk pendidikan Islam serta pondok-pondok nginapnya santri kita,” tutur Kolik.
Discussion about this post