Siapa sangka dari usaha warung kecil di daerah perbatasan, seorang ibu rumah tangga bisa membangun bisnis mini market yang kini menjadi tumpuan banyak warga sekitar. Adalah Mami Kusmiati, sosok ulet dan inspiratif dari Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, yang membuktikan bahwa semangat dan kemitraan yang tepat bisa membawa perubahan besar.
LIMA BELAS tahun yang lalu, Mami Kusmiati memulai usaha warung sembako dengan modal awal hanya sebesar 5 juta Rupiah. Modal tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan kebutuhan harian lainnya.
Usaha ini ia jalankan di tengah tantangan keterbatasan stok dan akses distribusi barang, terlebih karena Badau berada tepat di kawasan perbatasan Indonesia – Malaysia.
“Saya sempat kewalahan di awal, karena stok barang terbatas dan pasokan belum lancar. Bahkan saya pernah harus mengambil barang langsung ke negara tetangga, Malaysia, demi memenuhi kebutuhan pelanggan,” ujar Mami Kusmiati mengenang masa-masa awalnya.
Namun keadaan mulai berubah saat perusahaan-perusahaan sawit mulai masuk ke wilayah Badau. Dampaknya, perekonomian warga perlahan tumbuh dan daya beli masyarakat pun meningkat. Usaha Mami Kusmiati mulai ramai dikunjungi pembeli. Seiring waktu, ia mampu menambah stok, memperluas warungnya, dan memperkaya jenis barang dagangan.

Dalam perjalanan usahanya, Mami Kusmiati pun mulai mengenal Bank Kalbar. “Bank Kalbar adalah bank pertama yang hadir di Badau. Pelayanannya cepat, ramah, dan mudah diakses, terutama untuk pelaku usaha seperti saya,” ujarnya.
Bermitra dengan Bank Kalbar selama 15 tahun terakhir menjadi salah satu langkah besar dalam mengembangkan warung kecilnya.
Melalui fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditawarkan Bank Kalbar, Mami Kusmiati bisa memperoleh tambahan modal usaha dengan bunga murah dan proses pengajuan mudah. Warung kecilnya pun berubah menjadi sebuah toko layaknya mini market, dengan beragam kebutuhan masyarakat.
Discussion about this post