Ketua Penyelenggara Gala Karya, M Jaelani Saputra dan Sekjen Penyelenggara Ivan menyetujui untuk dilaksanakan babak perdelapan, karena desakan dari runner up grup tanpa mempertimbangkan protes dari para pelatih dan tim sepakbola yang merasa dirugikan.
“Ini sangat kita sayangkan. Karena ini merupakan pertandingan tingkat nasional dengan semangat fairplay, namun panitianya tidak profesional, tidak kompeten dan tidak fair,” kata Pelatih dan tim manajemen sepakbola tersebut.
Menurutnya, harusnya panitia penyelenggara menjalankan apa yang sudah ditetapkan saat technical meeting. Bukan sebaliknya, setelah keluar juara grup yang harusnya masuk semifinal, karena ada desakan oleh runner up grup yang meminta pertandingan perdelapan final langsung diakomodir.
Para pelatih serta tim manajeman sepakbola karyawan dari beberapa perusahaan tersebut, mencurigai adanya permainan yang tidak sehat dan meminta pihak berwenang untuk mengevaluasi penyelenggaraan turnamen ini.
“Tim kami yang seharusnya sudah keluar sebagai juara grup, kok bisanya dengan mudah diubah oleh panitia. Ini menimbulkan tanda tanya bagi kami, para pelatih dan peserta sepakbola,” ucap para pelatih sepakbola beserta tim manajemen tersebut.
Pelatih bersama tim pemain juga mengungkapkan kekecewannya. Karena untuk mengikuti pertandingan Liga Gala Karya tersebut, mereka memberangkatkan sebanyak 21 orang dan biayanya tidak sedikit.
Tim yang seharusnya menang, malah dikalahkan oleh keputusan yang dilakukan oleh panitia dengan semena-mena, tanpa mengikuti tata terbit peraturan yang sebelumnya telah dibuat.
“Liga yang seharusnya profesional, karena digelar secara nasional, ternyata tak ubahnya seperti liga kampung saja,” ungkapnya. **
Discussion about this post