“Meskipun program CABI telah berakhir di Kalimantan Barat, dampaknya harus terus dilanjutkan. Biosekuriti bukan lagi pilihan, tetapi sebuah keharusan,” ucap Agung Suganda, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Program ini telah membuktikan bahwa langkah-langkah praktis dan terjangkau dapat memberikan perbedaan nyata dalam mencegah penyebaran ASF, terutama di tingkat peternakan.
“Upaya ini akan terus diperkuat, diperluas, dan direplikasi secara nasional sebagai bagian penting dari strategi kesehatan hewan nasional kita,” imbuhnya.
Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, menekankan bahwa program CABI telah membangun dasar yang kuat dalam pencegahan jangka panjang ASF yang dapat dijalankan secara berkelanjutan oleh komunitas.
“CABI bukan sekadar proyek, tetapi sebuah investasi pada peternak. Dengan membangun kapasitas lokal dan mendorong praktik biosekuriti berbiaya rendah, kita dapat memberikan dampak nyata dalam melindungi ternak babi dan menjamin mata pencaharian peternak. FAO terus berkomitmen mendukung Indonesia dalam upaya memperkuat sistem kesehatan hewan,” kata Rajendra.
Ini menandai pencapaian penting, namun bukan akhir dari perjalanan. Program CABI telah menciptakan momentum positif bagi Indonesia, membuktikan bahwa solusi praktis—jika didukung oleh kolaborasi yang kuat—dapat menghasilkan dampak yang berkelanjutan.
Meskipun ancaman ASF masih terus ada, semakin banyak wilayah kini lebih siap dalam merespons ancaman penyakit. Mempertahankan capaian ini dan memperluasnya secara nasional akan menjadi kunci untuk menjamin masa depan kesehatan hewan di Indonesia. **
Discussion about this post