“Sarawak dan Kalimantan Barat bukan hanya tetangga, namun terikat oleh warisan budaya, nilai, dan aspirasi yang sama. Pameran ini bukan hanya ajang pariwisata, tapi juga jembatan pertukaran ekonomi dan kolaborasi antar masyarakat,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, bahwa kunjungan wisatawan (visitor arrivals/VA) dari Indonesia meningkat lebih dari 24 persen, dari lebih 520.000 orang pada 2023 menjadi lebih dari 650.000 pada 2024.
Proyeksi untuk tahun 2025 diperkirakan menembus angka 700.000 kunjungan. Dari Januari hingga Juni 2025, tercatat 365.652 kunjungan dari Indonesia—naik 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sarawak Travel Fair 2025 dirancang untuk mendorong minat terhadap wisata keluarga, wisata kesehatan, serta pendidikan tinggi. Sejumlah acara unggulan termasuk pertunjukan budaya, pameran interaktif, sesi informatif, dan penawaran promosi spesial.
Fokus utama juga diberikan pada peningkatan konektivitas lintas batas, dengan pos perbatasan Aruk-Biawak dan Tebedu-Entikong yang berperan penting dalam mendukung kelancaran perjalanan dari Indonesia, serta rencana peluncuran rute penerbangan baru dari Pontianak yang akan segera diumumkan.
Inisiatif ini sejalan dengan komitmen STB dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan berorientasi pada masyarakat, sebagaimana tercermin dalam Strategi Pembangunan Pasca COVID-19 (PCDS) Sarawak 2030.
Dengan kehadiran lebih dari 40 delegasi dari Sarawak, STB menunjukkan langkah strategis dalam diplomasi pariwisata, memperkuat posisi Sarawak sebagai destinasi gerbang antara Malaysia dan Borneo. **
Discussion about this post