Rochma menyampaikan, tingkat literasi keuangan di Indonesia masih memerlukan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh OJK, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 65,43 persen, sementara tingkat inklusi keuangan telah mencapai 75,02 persen.
Gap ini menunjukkan, bahwa meskipun akses terhadap layanan keuangan digital semakin luas, pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan, termasuk aset kripto, masih perlu diperkuat.
“Dalam konteks pelindungan konsumen, transparansi dan edukasi yang memadai, merupakan elemen kunci untuk mencegah misinformasi, manipulasi pasar, serta praktik investasi yang tidak bertanggung jawab,” ujar Rochmah.
Dia menilai, saat ini, fenomena fear of missing out (FOMO) masih menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berinvestasi di aset kripto tanpa memahami risikonya secara mendalam.
Oleh karena itu, Pedagang Aset Kripto perlu secara proaktif mengembangkan program edukasi yang sistematis dan berbasis data, seperti pelatihan investasi yang berorientasi pada risk-based approach, penyelenggaraan seminar atau webinar berkala, serta publikasi riset pasar yang transparan.
Sejalan dengan hal tersebut, kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi elemen kunci dalam membangun ekosistem aset keuangan digital yang aman, inovatif, dan berkelanjutan.
“Pelaksanaan kegiatan strategis seperti Bulan Literasi Kripto (BLK) pada tahun 2025 ini dapat menjadi momentum bagi kita semua dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat serta risiko aset kripto,” imbuh Rochmah.
“Inisiatif ini tidak hanya berfungsi sebagai platform edukasi, tetapi juga sebagai katalisator dalam mendorong eksplorasi potensi aset keuangan digital yang bertanggung jawab dan berorientasi pada keberlanjutan,” lanjutnya.
Rochmah mengajak seluruh pihak untuk terus berinovasi secara bertanggung jawab, memperkuat sinergi, serta memastikan bahwa setiap langkah yang  diambil sejalan dengan prinsip tata kelola yang baik dan regulasi yang telah ditetapkan.
“Dengan kolaborasi yang erat, kepatuhan terhadap aturan, serta komitmen untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, kita dapat menciptakan ekosistem aset keuangan digital yang lebih aman, berdaya saing, dan memberikan manfaat yang luas bagi perekonomian nasional,” kata Rochmah.
Roadshow Goes to Pontianak menghadirkan Prof Dr Garuda Wiko, Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Tigran Adiwirya, Wakil Ketua Umum Bidang Blockchain Asosiasi Blockchain dan aset Kripto Indonesia, Mohammad Naufal Alvira, Vice President of Business Development Indodax, Djoko Kumijanto, Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan IAKD OJK, Indra Winarta, Head of Ecosystem PundiX dengan moderator Shania Lebang, Strategic Partnership Blockchain dan Pedagang Aset Kripto Indonesia. **
Discussion about this post