Adapun penyumbang utama inflasi bulanan, menurut data BPS Kalbar, di antaranya adalah komoditas daging ayam ras, angkutan udara dan sayur kangkung, dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,1375 persen, 0,0912 persen dan 0,0641 persen.
Sementara penyumbang inflasi tahunan, adalah komoditas beras, rokok kretek filter dan angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar 0,4478 persen, 0.2684 persen dan 0,2314 persen.
Menurut Saichudin, inflasi tahunan terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada sebelas kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks berturut-turut dari yang tertinggi, yaitu kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,42 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 3,27 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau 2,94 persen, kelompok transportasi 2,56 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,25 persen.
Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,61 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,13 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,81 persen, kelompok pendidikan 0,57 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,46 persen dan kelompok kesehatan 0,33 persen.
Inflasi nasional tercatat sebesar 2,61 persen. Inflasi juga terjadi di 90 kota. Tertinggi di Sumenep, Jawa Timur dengan angka 5,08 persen dan terendah di Bandung, Jawa Barat sebesar 0,63 persen. Sementara di Pulau Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kotabaru, Kalsel sebesar 3,81 persen dan terendah di Singkawang, Kalbar sebesar 1,74 persen. **
Discussion about this post