“Gerakan tersebut sudah tahap pembibitan dari anggota kelompok, bahkan sudah melakukan penanaman,” kata Juliansyah.
Yang menjadi tantangan bagi petani kopi di daerah ini, adalah masalah pengelolaan paska panen. Karena petani kopi masih melakukan pekerjaannya secara manual, sehingga untuk produksi paska panen butuh waktu lama dan tidak dalam jumlah besar.
“Inilah tantangan kita yang paling mendasar, yaitu terkait budidaya dan pendukung paska panen. Petani kita butuh sentuhan, perhatian dan dukungan dari berbagai pihak untuk memajukan pertanian kopi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar,” imbuh Juliansyah.
Kukuh Sumardono Basuki, Kepala Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Perwakilan Kalbar dalam kesempatan bincang kopi tersebut menyatakan ikut memberikan perhatian pada kopi Liberika Sambas, karena sudah sejalan dengan konsentrasi Gubernur Kalbar, dan masuk dalam tema Saprahan Bank Indonesia selain tenun Sambas.
Dia berharap, industri kopi dari hulu ke hilir bisa berjalan dan berkelanjutan. Karenanya ia mendorong agar UMKM terus bergerak bersama dan memberikan peran dalam memajukan produksi lokal.
“Terpenting lagi adalah, agar pelaku usaha tidak hanya sekadar mengejar keuntungan, namun ikut peduli terhadap negeri dengan mendorong kemajuan produksinya, termasuk kopi Liberika,” kata Kukuh.
Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat mengungkapkan, produksi kopi di daerah ini terdiri dari jenis kopi Robusta dan Liberika. Ada sekira 12 ribu hektar perkebunan kopi di provinsi ini dan sebagian besar ditanami kopi jenis Liberika. Uniknya, masing-masing daerah memiliki karakter rasa yang berbeda meski jenis kopiny sama.
Rerata produktivitas kopi yang dihasilkan dari 90 persen petani kopi perkebunan rakyat, baru menghasilkan sekira 700 kilogram per hektar per tahun. Pemerintah setempat memberikan dukungan penuh pada komoditas kopi ini. Dari hasil Musrenbangtan, disepakati perluasan tanaman kopi Liberika direalokasi sebanyak 100 hektar dari Kabupaten Kubu Raya ke Kabupaten Sambas pada 2024.
Dukungan lainnya berupa pengujian kualitas Kopi Liberika asal Kabupaten Sambas menyangkut kadar kafein, mutu fisik, cita rasa dan SNI kopi bubuk di Puslitkoka Jember dan Baristand Pontianak pada 2022 lalu.
Promosi Kopi Liberika Sambas juga telah dilakukan pada even BIMP-EAGA melalui 101 coffee Shop tahun lalu. **
Discussion about this post