Kopi Liberika Kalimantan Barat beberapa tahun belakangan ini menjadi perhatian petani, lantaran pasarnya yang terbentang luas dan dicari penikmat kopi dari banyak negara. Ini membangkitkan gairah petani lokal untuk bergiat mengembangkan kopi Liberika, lantaran permintaan pasar yang tinggi, bahkan belum mampu dipenuhi.
Pemerintah Daerah (Pemda) Kalimantan Barat juga menaruh perhatian serius untuk pengembangan kopi Liberika ini. Salah satunya dilakukan oleh Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Perwakilan Kalimantan Barat yang menggelar diskusi Expo DJPB dan Kemenkeu Satu Kalimantan Barat bertajuk Bincang Kopi UMKM Week.
Topik bahasan khusus kopi Liberika dari Kabupaten Sambas dibedah dari hulu ke hilir, digelar di aula DJPB Kalbar dengan menghadirkan petani serta UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), Jumat 11 Agustus 2023.
Muhammad Purwanto, Kepala Program Kerja (Pogja) UMKM Kemenkeu Satu Kalbar menyatakan, ingin mengangkat kopi Liberika Sambas dan memberdayakan UMKM. “Kita ingin usaha kopi yang ada di daerah ini menggunakan kopi dari petani lokal, sehingga dampaknya langsung dinikmati oleh petani, pelaku usaha dan perekonomian daerah itu sendiri,” ucapnya.
Kopi Liberika dari Kabupaten Sambas memang sedang gencar dikembangkan dan dipasarkan secara massif, meski stoknya saat ini masih belum mampu memenuhi permintaan pasar lokal, namun ke depan, produksi kopi Sambas bakal menembus pasar global.
Juliansyah, Kepala Desa Sendoyan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat mengungkapkan, Desa Sendoyan, Kecamatan Sejangkung secara histori pernah menjadi satu di antara sentra kopi di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Aktivitas budidaya kopi dimulai sejak 1979 dan menjadi primadona petani serta sumber pendapatan utama masyarakat setempat.
Kesuburan kopi Liberika di sini didukung oleh kesuburan tanah yang memang cocok untuk ditanami Liberika yang menyukai dataran rendah serta memiliki unsur tanah gambut. Kopi Liberika Sambas kini telah diterima pasar. Terbukti dengan harga jualnya yang semula hanya Rp 30 ribu per kilonya, sekarang sudah melonjak berada di angka Rp 75 ribu.
Biji kopi Liberika dari Sendoyan kini sudah merambah ke beberapa warung kopi, di antaranya adalah 101 Coffe House Pontianak, Kalimantan Barat. “Saat ini produksi kopi Liberika Sendoyan masih terbatas, belum mampu menyediakan kebutuhan atau permintaan pasar sepenuhnya, baik lokal maupun luar,” tutur Juliansyah.
Dia menjelaskan, saat ini total kebun petani yang eksis di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan sekira 5 hektar. Kelompok tani (poktan) Batu Layar Sejahtera menjadi percontohan bagi kelompok tani lainnya yang didukung pemerintah untuk menggencarkan gerakan tanam kopi Liberika.
Discussion about this post