Sektor ekonomi lainnya penyaluran kredit di tingkat nasional lumayan besar, yaitu 27,30 persen, sementara untuk Kalbar hanya di angka 10.39 persen.
“Jika dilihat penyaluran kredit berdasarkan penggunaannya, masih didominsai kredit konsumsi, besarannya 42,42 persen, disusul kredit modal kerja 29,41 persen dan kredit investasi 28,19 persen,” jelas Maulana.
Perbankan yang menganut prinsip kehati-hatian, juga mampu menjaga resiko kredit macet dengan berhasil menurunkan angka NPL (Non Performing Loan) di angka 2,04 persen pada kuartal pertama tahun ini, sementara di periode yang sama tahun lalu, angkanya 2,42 persen. Sempat meninggi di September 2022 sebesar 2,44 persen, namun kemudian melandai di angka 2.04 pada Desember 2022 dan terus bertahan hingga sekarang.
Begitu pula di tingkat nasional, NPL pada Maret 2022 malah tinggi, yakni sebesar 3,06 persen, menurun di akhir tahun 2022 menjadi 2,52 persen dan bergerak sedikit di Maret 2023 menjadi 2,59 persen.
Sementara itu pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan Kalimantan Barat rada melandai. Pada Maret 2023 hanya sebesar Rp 73,087.94 miliar, sedangkan pada Maret 2022 angkanya sebesar Rp 73,156.25 miliar. Jika dilihat secara tahunan pergerakannya minus 0,09 persen.
Sementara DPK perbankan nasional bergerak di angka 7,01 persen. Per Maret 2023 tercatat sebesar Rp 8,146,261.02 triliun. Di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,612,913.57 triliun.**
Pewarta/Redaktur: Yuli.S
Discussion about this post