Peluang-peluang tersebut, pertama, permintaan pada layanan fixed data, di mana penetrasi untuk layanan ini masih cukup rendah. Dengan begitu, masih tersedia potensi besar bagi operator telekomunikasi untuk meraih pertumbuhan tinggi baik di layanan consumer maupun segmen korporasi.
Ke dua, permintaan untuk layanan digital akan tetap kuat. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat merasa mendapatkan banyak kemudahan dengan gaya hidup hibrida, baik untuk bekerja, belajar, rekreasi, hingga belanja. Compounded Annual Growth Rate (CAGR) untuk konsumsi data pengguna layanan seluler juga diproyeksikan akan mencapai 16 persen per tahun hingga 2026 nanti.
Ke tiga, pelanggan menginginkan layanan yang simple sekaligus komplit. Ini merupakan peluang untuk produk konvergensi yang bisa memberikan pengalaman lengkap bagi pelanggan XL Axiata dengan ARPU yang lebih tinggi dan berkualitas. Masyarakat juga semakin teredukasi mengenai manfaat layanan konvergensi.
Agar mampu memanfaatkan peluang-peluang tersebut, sekaligus mewujudkan pertumbuhan bisnis, secara operasional, XL Axiata akan memfokuskan diri pada tiga hal, yaitu digitalisasi, cost leadership, dan neraca keuangan (balance sheet) yang sehat.
Terkait digitalisasi, XL Axiata akan menerapkan teknologi terbaru untuk mendukung operasi bisnis. Digitalisasi dan otomasi diterapkan pada sejumlah proses untuk mencapai operational excellence. Selanjutnya, pemanfaatan big data dan advanced analytics dilakukan pada layanan pelanggan sehingga solusi yang diberikan bisa tepat sasaran, sesuai dengan apa yang konsumen butuhkan.
Selanjutnya, untuk menghadapi biaya-biaya yang meningkat di tahun depan, XL Axiata menerapkan menerapkan cost control yang ketat dan terukur untuk menekan biaya operasional. Selain itu, perusahaan juga terus mencari area-area untuk melakukan cost savings, seperti antara lain meningkatkan adopsi digital, serta penghematan energi.
“Langkah ini searah dengan upaya menjaga kesehatan neraca keuangan untuk mempertahankan posisi finansial perusahaan yang kuat. Caranya adalah dengan meningkatkan gearing ratio (debt/EBITDA) dan tidak memiliki hutang dalam valuta asing, serta memperkuat posisi free cash flow perusahaan agar cash flow tetap berada di posisi positif,” tutur Dian.
XL Axiata Raih Pertumbuhan di 2022
Tahun 2022 adalah periode yang luar biasa bagi XL Axiata dengan eksekusi yang konsisten atas strategi transformasi digital dan layanan konvergensi. Secara umum, di sepanjang tahun 2022, XL Axiata berhasil kembali mencatat pertumbuhan bisnis yang lebih tinggi dari industri.
Total pendapatan XL Axiata sebesar Rp 29,2 triliun, tumbuh sebesar 9 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (yoy), didukung penyediaan produk yang berkelanjutan dan kualitas jaringan yang mumpuni. Sementara itu, total pendapatan data dan layanan digital mencapai Rp 26,6 trilun, atau 91 persen dari total pendapatan perusahaan.
Seluruh pertumbuhan tersebut berdampak positif terhadap EBITDA yang tumbuh 7% dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) dengan margin 49 persen, menjadi Rp 14,2 triliun. Selain itu, XL Axiata juga membukukan pertumbuhan laba bersih setelah dinormalisasi (NPAT) yang meningkat 1 persen, yaitu sebesar Rp 1,1 triliun.
Di tahun 2022, XL Axiata juga berhasil mempertahankan pelanggan dengan fokus terus meningkatkan pengalaman dan kenyamanan pelanggan yang lebih baik, sehingga di periode tersebut perusahaan berhasil meningkatkan blended ARPU (average revenue per user) menjadi Rp 39 ribu dari Rp 36 ribu di periode tahun sebelumnya, dengan total pelanggan mencapai 57,5 juta pelanggan.
Salah satu kunci pertumbuhan XL Axiata, adalah personalisasi penawaran dan layanan. Hasil dari strategi personalisasi yang didukung dengan digitalisasi dan peningkatan kualitas jaringan, berhasil meningkatkan nilai NPS (Net Promoter Score) secara signifikan hingga sebesar 4,5x sehingga mendorong penggunaan layanan dan pada akhirnya juga membantu meningkatkan pendapatan.
Dari sisi laporan keuangan XL Axiata per akhir 2022 pun, memperlihatkan kondisi yang sehat, di mana utang kotor tercatat di angka Rp 12,1 triliun, dengan rasio gearing net debt to EBITDA sebesar 0,49x.
Utang bersih tercatat sebesar Rp 6,9 triliun. Selain itu, XL Axiata tidak memiliki utang berdenominasi USD. Sebesar 64 persen dari pinjaman yang ada saat ini memiliki suku bunga mengambang (floating) dan 36 persen memiliki suku bunga tetap. Free Cash Flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, dengan peningkatan sebesar 54 persen, menjadi Rp 5,2 triliun. **
Discussion about this post