Tujuan dari program ini untuk mendukung pemanfaatan energi bersih, meningkatkan konsumsi listrik per kapita, serta penghematan biaya memasak bagi masyarakat. “Sudah ada kajian sementara perbandingan antara memasak dengan rice cooker dan LPG,” kata Edy.
Edi membeberkan, kebutuhan LPG untuk menanak nasi sebesar 2,4 kg per bulan memiliki biaya mencapai Rp16.800 per bulan. Sementara, konsumsi energi menanak nasi dengan rice cooker 19,80 kWh per bulan dianggap lebih hemat dengan biaya mencapai Rp10.396 per bulan.
Ada dua jenis rice cooker yang akan dibagikan, yakni yang berdaya listrik 200 watt dan 300 watt. Karenanya, besaran daya listrik tiap rumah tangga akan sangat berpengaruh.
Beberapa pengamat menilai, pemberian rice cooker gratis ini, diduga karena program kompor listrik yang pernah diwacanakan sebelumnya telah gagal.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai, bahwa ini adalah alternatif dari program kompor listrik, yang tadinya mau direncanakan masuk ke APBN 2023, tapi kemudian ditolak.
Kata Fabby, tujuan kedua program tersebut sama, yakni mendorong konsumsi listrik dan pengalihan penggunaan LPG 3 kilogram. Kata dia, rice cooker menjadi pilihan yang logis, karena masyarakat Indonesia mayoritas mengonsumsi nasi. Dengan begitu, tujuan pemerintah bisa tercapai dengan program ini.
Sebelumnya, demi meningkatkan konsumsi listrik dan substitusi LPG 3 kg, pemerintah juga mencanangkan program serupa, yakni bagi-bagi kompor listrik.
Namun, PT PLN batal batal melaksanakan program tersebut tahun ini, karena banyak menuai kritik. Langkah itu diklaim demi menjaga kondisi ekonomi masyarakat usai pandemi covid-19.
“PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan,” kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo beberapa waktu lalu. **
Discussion about this post