Ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh hingga USD 130 miliar pada 2025, salah satunya dipengaruhi oleh adopsi layanan keuangan digital. Dengan pergerakan yang menunjukkan peningkatan signifikan, layanan keuangan digital/financial technology (fintech) dipercaya, mampu mendorong akselerasi pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Sebagai langkah bersama untuk memperkuat industri fintech Tanah Air, pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta asosiasi dan pelaku industri, kembali memperkuat sinergi melalui Indonesia Fintech Summit (IFS), yang berlangsung pada 10-11 November 2022 di Bali.
Acara yang memasuki tahun keempat ini digagas oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), dan digelar atas sinergi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI). Acara ini menjadi bukti nyata perkembangan pesat ekosistem fintech di Tanah Air.
Melalui konferensi pers pra-acara di Gedung OJK, Senin, Ketua Umum AFTECH Pandu Sjahrir, menyatakan, IFS akan kembali menghadirkan perusahaan-perusahaan fintech anggota AFTECH, juga regulator seperti Bank Indonesia dan OJK, serta para pemangku kepentingan lain di industri fintech, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri.
“Sebagai Asosiasi yang resmi ditunjuk oleh OJK untuk menaungi penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD), ajang IFS menjadi upaya AFTECH untuk meraih visi, yakni mendorong inklusi keuangan melalui layanan keuangan digital,” jelas  Pandu.
Ketua Umum AFPI, Adrian Gunadi menyambut antusias IFS dan BFN. Adrian berharap, IFS dan BFN kali ini bisa menghasilkan gagasan-gagasan signifikan, khususnya untuk mengoptimalkan potensi industri fintech yang berasal dari kebutuhan riil masyarakat.
Adrian menyampaikan, lahirnya industri fintech lending yang didorong tingginya credit gap di Indonesia, yakni mencapai Rp 1.650 triliun per 2018, khususnya di kalangan masyarakat unbanked dan underserved.
Discussion about this post