Dengan demikian, peningkatan investasi yang telah XL Axiata implementasikan telah terbukti sangat mendukung peningkatan performa bisnis, terutama pada sisi efisiensi biaya serta peluang untuk meningkatkan penjualan produk.
Selaras dengan visi perusahaan menjadi  operator konvergensi terdepan di Indonesia (#1 Converged Operator in Indonesia), XL Axiata juga terus berupaya keras mengenalkan layanan konvergensi kepada masyarakat Indonesia, sekaligus meningkatkan manfaatnya.
Hasilnya, penetrasi layanan konvergensi ini telah mencapai 32 persen, yang berarti menunjukkan kuatnya permintaan atas produk ini. Akuisisi Linknet yang baru saja dilakukan akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang.
Selain itu, XL Axiata juga telah menuntaskan akuisisi Hypernet. Langkah ini akan semakin memperkuat portofolio XL Axiata pada layanan korporasi (B2B).
Di sepanjang sembilan bulan pertama 2022 ini, beban biaya operasional meningkat 14 persen (yoy). Meningkatnya biaya operasional dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain biaya untuk pemasaran dan penjualan, regulatory cost untuk biaya pemakaian frekuensi dan USO, serta pengeluaran interkoneksi dan biaya bundling device.
Sementara posisi keuangan XL Axiata sehat per 9M 2022 ini, utang kotor tercatat di angka Rp 16,1 triliun, dengan rasio gearing net debt to EBITDA (termasuk finance lease) sebesar 2,78x.  Utang bersih tercatat sebesar Rp 10,31 triliun. XL Axiata tidak memiliki utang berdenominasi USD. Sebesar 70persen dari pinjaman yang ada saat ini memiliki suku bunga mengambang (floating) dan 30 persen memiliki suku bunga tetap. Free Cash Flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, dengan peningkatan sebesar 15 persen, menjadi Rp 4,1 triliun.
Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, nilai capitalized capex  selama periode sembilan bulan pertama 2022 dijaga pada level yang sama dengan tahun sebelumnya di Rp 6,32 triliun . Pada tahun 2022 ini, XL Axiata berencana tetap akan mengalokasikan belanja modal dengan nilai sekitar Rp 9 triliiun.
Ada sejumlah peluang positif di Industri Telekomunikasi Indonesia di tahun 2022 yang bisa dimanfaatkan oleh XL Axiata untuk dapat meningkatkan performa ke depan. Peluang-peluang tersebut yakni pertama, permintaan pada layanan fixed data, di mana penetrasi untuk layanan ini masih cukup rendah, yang berarti tersedia potensi besar bagi operator telekomunikasi untuk meraih pertumbuhan tinggi baik di layanan consumer maupun segmen korporasi.
Ke dua, permintaan untuk layanan digital akan tetap kuat karena masyarakat merasa mendapatkan banyak kemudahan dengan gaya hidup hibrida, baik untuk bekerja, belajar, rekreasi, hingga belanja. CAGR untuk konsumsi data pengguna layanan seluler diproyeksikan mencapai 16 persen hingga 2026.
Ke tiga, pelanggan menginginkan layanan yang simple sekaligus komplit. Ini merupakan peluang untuk produk konvergensi yang bisa memberikan pengalaman lengkap bagi pelanggan XL Axiata dengan ARPU yang lebih tinggi dan berkualitas.**
Editor : Yuli.S
Discussion about this post