Cilakanya lagi, pernah selama dua bulan, tidak ada order sama sekali. Itu dialami Odos beberapa bulan lalu. Kalau sudah begini, keluarga mau makan apa. Akhirnya, Odos terpaksa menggadaikan BPKB kendaraannya untuk menutupi kebutuhan keluarga. “Anak saya masih kecil, butuh susu, sementara istri hanya ibu rumahtangga biasa. Order tidak ada masuk sama sekali. Ya terpaksa saya gadai surat motor,” tutur Odos.
Odos juga tidak tahu apa masalah yang membuat orderannya sepi. Dia bertanya ke pihak customer servis Gojek, jawaban yang didapat hanya diminta untuk selalu mutar-mutar atau mangkal di restoran atau lokasi-lokasi yang ramai. Padahal menurut Odos, itu sudah pasti dilakukan para mitra driver.
“Ya, ibarat ikan, tak perlu diajari berenang, dia sudah tahu dan paham caranya. Begitu pula kita yang di lapangan ini, hanya kita yang paling paham di mana titik-titik yang menghasilkan order. Tak perlu mutar-mutar, yang hanya menambah biaya tinggi pengisian BBM,” kata Odos sempat kesal.
Nah, baru pada 7 Oktober 2022 lalu, order mulai lancar kembali. Odos pun lega. Namun, ketika order lancar pun tetap menguji kesabaran. Lantaran kelakuan konsumen macam-macam. Banyak yang baik, tapi ada pula yang tega membohongi pengojek.
Odos bercerita, pernah ada orderan masuk. Odos menjemput dan mengantar sesuai permintaan. Di suatu jalan masuk sebuah gang, biasa ada polisi tidur yang membuat kendaraan harus berjalan pelan. Nah, ketika pelan itulah, eh, penumpangnya melompat. Tentu saja Odos kaget. Sang penumpang ogah membayar dengan alasan pemesan order bukan dirinya, melainkan temannya.
Odos dengan sabar akhirnya menghubungi pengorder tersebut, yang kemudian mau bertanggung jawab untuk membayar. Namun Odos merasa tak enak, sebab dia bukanlah penumpang yang diantar langsung. Odos pun tak mau menerima ongkos tersebut, namun hanya minta tolong memberi bintang di smartphone pengorder tersebut.
Belum lagi pesanan beli antar makanan atau GoFood. Odos pun mengaku beberapa kali mengalami nasib apes. Dia pernah menerima pesanan belanja bayar di tempat alias COD. Pemesannya minta dibelikan skincare seharga Rp 200 ribu, namun setelah diantar ternyata isinya bukan skincare. Odos mau komplain juga tak bisa, sebab tak punya nota pembelian. “Ya itu, memang salah kita, karena kita percaya, sehingga tak butuh nota pembelian. Akhirnya apes, gak bisa dikomplain,” ucap Odos.
Kejadian seperti ini malah dialami Odos dua kali, yang satunya lagi senilai Rp 500 ribu. Pemesannya adalah orang kaya dengan berkendara mobil. Odos berpikir tak mungkin orang kaya bohong. Namun, faktanya, dia ketipu juga. “Itulah, ternyata kita tak boleh silau dengan penampilan seseorang,” cetusnya.
Odos kembali bercerita, pernah mendapat order pesanan ayam KFC, nilainya Rp 700 ribu, namun pemesannya ternyata fiktif. Untungnya bisa klaim ke perusahaan Gojek, karena ada nota belanja. Pesanan tersebut, akhirnya diberikan Odos ke sebuah panti asuhan.
Tapi bagi Odos, itu merupakan resiko pekerjaan. Termasuk bekerja sebagai mitra driver. “Resiko bekerja di jalanan, ya kalau nggak nabrak bisa ditabrak. Tapi sebagai pekerja, kita harus selalu berusaha meminimalisir resiko tersebut,” ucap Odos.
Soal persaingan mitra driver dengan bermunculannya aplikasi baru, Odos bilang tak khawatir. Karena Gojek itu punya pelanggan-pelanggan yang fanatik dan tak mau beralih ke aplikasi lain. “Gojek itu paling stabil, konsumen kita tak mau beralih ke aplikasi lain, walaupun tarif pesaing lebih murah,” kata Odos.
Odos Yunus memang tak pernah putus asa dalam mengais rejeki. Bagi dia, rejeki sudah ada yang mengatur. Banyak atau sedikit yang didapat, harusnya selalu disyukuri. Karena angka-angka itu relatif adanya. Mau cukup atau tidak, bergantung pada pengelolaan. **
Penulis / Editor : Yuli.S
Discussion about this post